BUDAYA BACSON-HOABINH dan DONG SON dan SA HUYNH 2


KEBUDAYAAN BACSON HOABINH dan DONGSON

Kebudayaan-kebudayaan Bacson Hoabin dan Dongson pada dasarnya mempresentasikan system kebudayaan dan letak geografis yang berbeda-beda. Bukti-bukti arkeologis menunjukan bahwa kebudayaan-kebudayaan ini berasal dari zaman Pleistosen akhir. Situs-situs yang menunjukkan bukti demikian ditemukan di wilayah utara Vietnam.


System kebudayaannya berburu dan mengumpulkan makanan. Kebudayaan Bacson Hoabin terletak di sebelah utara Vietnam. System peralatan dan perlengkapan hidupnya terbuat dari batu-batu yang dipakai untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Cirri dari gerabah batu pada budaya Bacson Hoabin ini adalah adanya penyerpihan pada satu atau dua sisinya.
Penemuan peraltan hidup dari batu ini banyak ditemukan di daerah utara Vietnam. Di daerah Jawa, bukti arkeologis dari peralatan dan perlengkapan hidup masyarkat Bacson Hoabin ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo.
Selain itu ditemukan juga berbagai peralatan batu masyarakat Bacson Hoabin di daerah Lhokseumawe dan Medan. Pada tahun 600 SM, terjadi sebuah proses perpindahan bentuk pada system peralatan dan perlengkapan hidup masyarakan Bacson Hoabin. Proses perpindahan itu adalah penggunaan alat-alat gerabah sederhana yang berupa serpihan-serpihan batu menjadi batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong.

Kebudayaan Dongson (1500 SM-500 SM) bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam. Di kawasan ini, telah dilakukan sebuah eksplorasi besar-besaran pada tahun 1920, dan berhasil menemukan berbagai alat-alat perunggu yang disinyalir memiliki keterkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan dari berbagai tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa di zaman tersebut telah terjadi sebuah proses tukar-menukar dan perdagangan antar masyarakatnya. Alat-alat gerabah perunggu ini menjadi komoditi barter sebagai objek dari symbol kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
Di Indonesia, pengaruh budaya perunggu dari Dongson ini sangat terlihat dari temuan berbagai nakara di berbagai kawasan nusantara. Contohnya, nekara Makalaman yang ditemukan di daerah Pulau Sangeang, Sumbawa. Selain itu, terdapat pula bukti arkeologis nekara di kawasan Pulau Selayar, Sulawesi,yang bergambar gajah dan burung merak.
Proses migrasi masyarakat kebudayaan Bacson Hoabinh dan Dongson berlangsung antara tahun 2000 SM sampai 300 SM. Proses migrasi ini mengakibatkan penyebaran berbagai jenis-jenis kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolithikum ( batu madya), Neolithikum (batu halus), dan khususnya kebudayaan Perunggu. Proses migrasi dari berbagai jenis kebudayaan inilah yang menjadi awal perkembangan kebudayaan nusantara di fase-fase sejarah selanjutnya.
Dalam proses migrasi ini, terdapat dua jalur penyebaran kebudayaan masyarakat Bacson Hoabinh dan Dongson ke kawasan nusantara. Pertama, jalur barat, yaitu jalur yang mempunyai cirri khas peninggalan kebudayaan kapak persegi. Kedua, jalur timur, yaitu jalur yang mempunyai cirri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Peninggalan sejarah zaman Perunggu yang berupa kapak-kapak lonjong ini terletak di Formosa (Filipina), Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Penyebaran budaya Bacson Hoabin dan Dongson ini membagi dua jenis kebudayaan Indonesia, yaitu kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) yang terdapat di masyarakat Dayak pedalaman dan budaya Melayu Muda (Deutro Melayu) yang terdapat dalam masyarakat Bali Aga dan Lombok.

§  Gambar 1.1 Penyebaran hasil budaya manusia purba di Indonesia berlangsung melalui dua jalur. Jalur pertama (jalur barat), yaitu dari Yunan, menuju Teluk Tonkin, Vietnam, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia. Jalur kedua (jalur timur), yaitu dari Bacson, Vietnam, Kepulauan Hindia dan Indonesia.

BUDAYA SA HUYNH
Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M.
Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son.
Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam Tengah ke Selatan sampai lembah sungai Mekong.
Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang.
Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya yang lain.
Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh memiliki persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut Sulawesi.
Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan gelang berbentuk spiral.
Teknologi pembutan peralatan besi yang diperkenalkan ke daerah Sa Huynh berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti gelang , lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang langka dan kawat perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan berbagai manik-manik Carnelian (bundar, berbentuk cerutu). Ditemukan alat-alat dari perunggu seperti bejana kecil, selain itu terdapat gelang-gelang dan perhiasan-perhiasan
 Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan benda-benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130 nekara yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990.
Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah Indonesia melalui 2 jalur, yaitu:
a.      Jalur darat : Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b.      Jalur laut : Menyeberang lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar