Asap Tebal Keluar dari Kawah Semeru

LUMAJANG - Aktivitas Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) masih didominasi embusan asap, bukan letusan vulkanik.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Suparno, Kamis, mengatakan, selama 24 jam terakhir tercatat jumlah embusan asap sebanyak 19 kali dan gempa tektonik jauh sebanyak dua kali.

"Tidak ada gempa tremor dan guguran lava yang tercatat dalam seismograf selama 24 jam terakhir," tuturnya saat dihubungi Antara.
Menurut dia, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu selama beberapa hari terakhir mengeluarkan embusan asap, terkadang disertai gempa tremor atau gempa tektonik jauh.
"Status gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih tetap yakni Waspada (Level II), sehingga warga dilarang melakukan aktivitas yang berjarak 4 kilometer dari puncak Semeru," paparnya.
Ia menjelaskan, suara letusan kuat yang disertai semburan material abu vulkanik pada Jumat (17/6) merupakan karakter asli gunung Semeru.
"Semeru jarang mengeluarkan letusan selama beberapa pekan terakhir, justru didominasi embusan asap. Padahal, biasanya Gunung Semeru mengeluarkan letusan setiap 15 hingga 20 menit," katanya menjelaskan.
Suparno menyayangkan sejumlah pemberitaan yang menyebutkan ada peningkatan aktivitas Gunung Semeru karena hal itu membuat masyarakat di lereng Semeru resah.
"Saya mengimbau warga masyarakat tidak mudah percaya dengan isu-isu yang meresahkan itu karena pihaknya selalu berkoordinasi dengan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Lumajang, apabila ada peningkatan aktivitas Semeru," katanya, menambahkan.
Salah seorang tokoh masyarakat di lereng Semeru yang terletak di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Heri Gunawan mengatakan masyarakat sudah terbiasa dengan aktivitas Gunung Semeru.
"Kalau Semeru mengeluarkan guguran lava pijar, letusan kecil, dan embusan asap itu sudah biasa bagi aktivitas gunung berapi dengan status waspada," tuturnya.
Menurut dia, masyarakat di lereng Gunung Semeru cukup tenang untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari karena mereka sudah terbiasa dengan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.

sumber

0 komentar:

Posting Komentar